Sabtu, 07 Februari 2009

TUJUH DOSA BESAR

Stephen R. Covey : TUJUH DOSA BESAR


Mahatma Gandhi pernah mengatakan bahwa ada tujuh hal yang menghancurkan
kita. Ke semuanya berkaitan dengan kondisi sosial dan politik. Obat
penangkal dari setiap "dosa besar" ini adalah suatu standar eksternal yang
eksplisit atau sesuatu yang berdasarkan pada prinsip dan hukum alam, bukan
pada nilai-nilai sosial.

1--Kekayaan tanpa kerja.

Ini mengacu pada praktek mendapatkan sesuatu tanpa modal atau usaha, hanya
memanipulasi pasar, aset, orang dan barang, sehingga anda tidak harus
bekerja atau menghasilkan nilai tambah. Sekarang banyak profesi yang
berkenaan dengan menumpuk kekayaan tanpa bekerja, mengumpulkan banyak uang
tanpa membayar pajak, mengambil keuntungan dari dana-dana pemerintah tanpa
menanggung bagian beban keuangan yang wajar, dan menikmati semua keuntungan
dari status suatu warga negara dan keanggotaan suatu badan hukum tanpa mau
memikul resiko atau tanggung jawab apa pun. Ini semua didasarkan pada suatu
rencana cepat kaya atau spekulasi yang menjanjikan pelakunya dengan iming-iming,
"Anda tidak perlu bekerja untuk menjadi kaya." Motif emosional yang utama
adalah ketamakan.

Tingkah laku dan norma-norma sosial yang demikian akan menimbulkan distorsi.
Bagaimanapun apabila anda menjauhi hukum alam, maka cara penilaian anda akan
terpengaruh secara negatif. Anda akan mendapatkan ide-ide yang menyimpang.
Sering kita ketahui banyak eksekutif yang menceritakan bagaimana mereka
meninggalkan hukum dan prinsip-prinsip alam itu selama beberapa waktu,
lalu mulai secara berlebihan membangun, meminjam uang dan berspekulasi tanpa
benar-benar membaca arus atau memperoleh umpan balik yang obyektif.
Kini mereka menanggung hutang besar. Mungkin mereka harus bekerja keras
hanya untuk bertahan hidup.

Kembalilah ke hal-hal dasar. Tangan kembali ke bajak. Tak perlu ragu untuk
bersikap konservatif, berpegang teguh pada hal-hal yang mendasar, dan lebih
suka tetap kecil namun terbebas dari hutang.

2--Kenikmatan tanpa suara hati.

Pertanyaan utama dari orang yang belum matang, egois, dan suka kenikmatan
adalah, "Apa manfaatnya bagi saya? Apakah ini akan menyenangkan saya?
Apakah ini akan memudahkan saya?" Banyak orang mendambakan kenikmatan
namun mengabaikan suara hati dan tanggung jawab, bahkan mereka
melupakan atau meninggalkan sama sekali keluarganya dengan alasan
mengerjakan urusan mereka sendiri. Mereka menganggapnya
sebagai bentuk kemandirian. Tetapi kemandirian bukan keadaan
yang paling dewasa, hanya sebuah posisi di tengah jalan menuju
kondisi kesalingtergantunga n - kondisi yang paling maju dan matang.

Kenikmatan tanpa suara hati merupakan salah satu godaan bagi
para eksekutif saat kini. Banyak orang menganggap dirinya telah
sukses lalu merasa bebas untuk melakukan apa yang diinginkannya.
Mereka mencari kenikmatan. Padahal kenikmatan tanpa suara hati
hanya menimbulkan luka dan sakit hati bagi orang-orang lain.

Suara hati adalah tempat bersemayamnya kebenaran dan prinsip-prinsip
abadi - monitor internal hukum alam. Belajarlah untuk memberi dan
menerima, tidak hidup egois, peka, penuh perhatian.Jika tidak, maka
tidak akan ada rasa tanggung jawab sosial dalam kegiatan-kegiatan
kenikmatan kita.

3--Pengetahuan tanpa karakter.

Bagaimanapun berbahayanya pengetahuan yang sempit, jauh masih
lebih berbahaya pengetahuan tanpa karakter yang kuat dan berprinsip.
Perkembangan intelektual yang murni tanpa perkembangan karakter
internal yang sepada sama halnya dengan menyerahkan mobil sport
bertenaga tinggi ke tangan remaja yang kecanduan obat bius.
Sayangnya ada saja orang yang tak suka dengan pendidikan karakter,
karena mereka menganggap, "Itu adalah urusan sistem nilai anda.
" Tetapi anda bisa mendapatkan seperangkat nilai umum yang
disetujui semua orang, bahwa kebaikan, keadilan, martabat,
sumbangsih, dan integritas adalah patut untuk dipertahankan.
Tak seorang pun akan menentang anda dalam hal ini.

Jadi, marilah memulai dengan nilai-nilai yang tidak dapat
dipertentangkan kemudian memasukkan nilai-nilai itu
ke dalam sistem pendidikan, pelatihan dan pengembangan
perusahaan kita. Marilah mencapai keseimbangan yang
lebih baik antara perkembangan karakter dan intelektual.

4--Bisnis tanpa moralitas (etika).

Adam Smith, dalam bukunya Moral Sentiments, menjelaskan
betapa mendasarnya dasar moral bagi keberhasilan sistem
ekonomi; yaitu bagaimana kita saling memperlakukan satu sama
lain, semangat untuk berbuat baik, melayani, memberi bantuan.
Apabila kita mengabaikan dan membiarkan sistem ekonomi berjalan
tanpa dasar moral serta tanpa pendidikan berkelanjutan, kita akan segera
membentuk masyarakat dan bisnis yang tidak bermoral, kalau bukan asusila.

Bagi Adam Smith, setiap transaksi bisnis merupakan tantangan moral agar
kedua belah pihak memperoleh hasil yang adil. Keadilan dan kemauan baik
dalam bisnis adalah tiang penyangga sistem perdagangan bebas yang disebut
kapitalisme. Sistem ekonomi kita merupakan hasil dari demokrasi
konstitusional dengan pemenuhan hak-hak minoritas juga. Semangat
menang-menang adalah semangat moralitas, semangat saling menguntungkan,
semangat keadilan bagi semua yang terlibat.

5--Ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan.

Apabila ilmu pengetahuan semuanya menjadi teknik dan teknologi, ilmu
pengetahuan dengan cepat akan merosot menjadi manusia melawan
kemanusiaan. Teknologi berasal dari paradigma ilmu pengetahuan.
Jika hanya sedikit sekali tujuan kemanusiaan yang ingin dicapai oleh
teknologi, maka kita akan menjadi korban teknologi kita sendiri.
Bagaimana pun teknologi harus bersandar pada dinding yang
benar; yaitu kemanusiaan. Bila tidak, maka evolusi atau bahkan
revolusi dalam ilmu pengetahuan takkan atau sedikit sekali membawa
pada kemajuan manusia yang nyata dan berharga.

Satu-satunya hal yang belum berevolusi adalah hukum dan prinsip-
prinsip alam, misal, sebelah utara pada kompas tak pernah berubah.
Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah wajah hampir
semua yang lain. Tetapi hal yang mendasar masih tetap berlaku
seiring dengan berlalunya waktu.

6--Agama tanpa pengorbanan.

Tanpa pengorbanan kita mungkin aktif dalam kelompok agama
namun tidak hidup beriman. Kelompok agama hanyalah tirai
sosial agama belaka. Tidak ada kerja sama nyata dengan
orang-orang, atau berusaha lebih keras lagi, atau mencoba
memecahkan masalah-masalah sosial kita. Melayani
kebutuhan orang lain memerlukan pengorbanan, setidaknya
pengorbanan kesombongan dan prasangka diri kita sendiri.

Jika sebuah agama hanya dilihat sebagai suatu sistem hierarki
biasa, pemeluknya tidak akan memepunyai semangat pelayanan
atau semangat ibadah yang mendalam. Sebaliknya mereka akan
memusatkan perhatian pada ritual lahiriyah dan semua bentuk-
bentuk luar agama yang bisa dilihat. Namun, mereka bukan
orang-orang yang berpusat pada Tuhan atau prinsip.

Pemimpin-pemimpin tangguh yang bersemangat pengabdian
tinggi memiliki kerendahan hati. Dan, ini adalah tanda-tanda orang
yang benar-benar beriman. Ada banyak CEO yang merupakan
pemimpin abdi yang rendah hati, yang mengorbankan kebanggaan
dan membagi kekuasaan mereka. Mereka memiliki
pengaruh baik di dalam dan di luar perusahaan.
Sedihnya banyak orang menginginkan "agama" atau paling
tidak berpenampilan beragama tanpa mau melakukan
pengorbanan apa pun. Mereka menginginkan spiritualitas
yang besar namun tak mau berpuasa sedikit pun atau diam-
diam memberikan pelayanan.

7--Politik tanpa prinsip.

Anda lihat banyak politisi menghabiskan banyak uang untuk
membangun citra, meskipun citra itu dangkal, tiada isi, hanya
untuk memperoleh suara dan jabatan. Bila ini terjadi, maka
sistem politik akan bekerja terlepas dari hukum-hukum alam.
Padahal Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat menulis,

"Kami percaya kebenaran-kebenaran ini dengan sendirinya,
bahwa Manusia
diciptakan setara, bahwa mereka diberkati oleh Pencipta dengan Hak-hak
tertentu yang melekat pada dirinya, antara lain hak akan kehidupan,
kemerdekaan, dan pencarian kebahagiaan. "

Kunci bagi masyarakat yang sehat adalah menciptakan kemauan sosial,
sistem nilai, selaras degan prinsip-prinsip yang benar. Apabila tak ada prinsip,
tidak ada yang bisa anda jadikan tempat bergantung. Prinsip adalah kompas
penunjuk arah utara yang sejati. dan indikator bagi landasan tempat kita
membangun sistem nilai. Dan, keduanya berjalan selaras.

Adalah ironi, bila banyak perusahaan mencanangkan pernyataan misi yang
agung, tetapi di jalan raya orang ditodong di siang bolong, atau banyak
orang yang dirampas harga diri, uang, dan jabatannya tanpa melalui proses
yang semestinya.

Dalam film The Ten Commandements, Nabi Musa berkata pada Firaun,
"Kami harus dipimpin oleh hukum Allah, tidak olehmu." Sesungguhnya
ia berkata, "Kami tidak akan diperintah oleh seseorang kecuali jika orang
itu merupakan penjelmaan hukum." Di dalam masyarakat dan organisasi-
organisa si yang terbaik, hukum alam dan prinsip-prinsip berlaku - inilah
konstitusi - dan bahkan orang-orang puncak harus tunduk pada prinsip-
prinsip itu.Tak seorang pun lebih tinggi dari hukum.

kiriman: "iwan gayaputra"

Mau Ketawa Relax ? klik disini


--a--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda kami tunggu..........Tks

 
Add to Technorati Favorites

Web Site Counter
Canon printers

Add to Technorati Favorites Add to Technorati Favorites