“
Wah…….kadang merinding juga kalau kita mau sejenak merenungkannya, apa yang sudah kita perbuat untuk tanah air kita ?, tumpah darah kita ?……… apa yang sudah kita berikan pada Negeri ini ?, apakah kita telah ikut dan salah berbuat ?, apakah kita sudah menjadi “pandu” bagi Ibu Pertiwi kita ? apa yang bisa kita perbuat sekarang ini ? ada salah satu kutipan yang serasa cocok dan relevan dengan kondisi kita saat ini adalah pernyataan yang sangat terkenal dari mendiang Presiden Amerika Serikat – Keneddy “Jangan kau tanyakan apa yang bisa kau dapat dari Bangsa dan Negara ini tapi sebaliknya …pertanyakanlah Apa yang bisa kau perbuat bagi Bangsa dan Negara ini”. Pertanyaan berikut adalah cukup sederhana – “apakah masih ada diantara kita bangsa
Belum lagi jika pertanyaannya tersebut diatas kita kembangkan lebih lanjut lagi “bagaimana caranya kita berbuat bagi tanah air dan tumpah darah kita ?” dan “bagaimana caranya kita berbuat menjadi Pandu Ibu Pertiwi kita ?”……..lagi-lagi jawabannya sangat beragam, maklumlah ditengah era demokrasi saat ini – yang serba terbuka – bebas orang menyatakan pendapatnya – suatu hal yang baru 10 (sepuluh) tahun belakangan ini terjadi tanpa hambatan setelah tumbangnya orde-baru ditahun 1998 yang lalu, patut dipahami pula banyaknya jumlah rakyat Indonesia – konon dari segi populasi ada lebih dari 220 juta rakyat – tercatat sebagai Negara nomor 4 dengan populasi terbesar didunia , sehingga akan dijumpai kenyataan “ada 1000 kepala ada pula 1000 pendapat” ditambah faktor kemajemukan diantara rakyat Indonesia dengan tingkat pendidikan, latar belakang sosial/ekonomi dan “kedewasaan untuk berbangsa dan bernegara” beragam, faktor lain yang tidak kalah pentingnya untuk ditengarai adalah yaitu tumbuhnya “rasa pesimistis dan apatis” pada sebagian rakyat kita – mungkin akibat proses “marjinalisasi-akut” dimasa lalu dan tipuan-tipuan elit dimasa lalu dan dewasa ini yang sering mengobral janji manis yang “gombalistis” – demi rakyat bangsa dan rakyat – demi kemakmuran – demi kesejahteraan – dan berbagai demi dan demi lainnya yang buntutnya hanya dan hanya demi “perutnya” sendiri , demi golongannya dan demi “kekuasaan” yang perlu dipertahannkanya…………
Dari praktek-praktek yang ada dan di-demonstrasikan oleh para elit yang berkuasa pada akhirnya terbentuklah persepsi yang cukup runyam dan kurang “pas” dikalangan rakyat kebanyakan atau dikalangan “akar rumput”, yang cendrung a-nasionalislistis, tidak “peduli” dan apatis pada keadaan kehidupan berbangsa dan bernegara, hal itu tercermin pada beberapa pernyataan berikut yang bisa kita rekam dari perbincangan sehari-hari “apa untungnya saya memilih si Anu atau Partai XYZ untuk memimpin saya” , “saya memilih ataupun tidak memilih , keadaan kehidupan saya tetap begini-begini saja tidak ada perubahan apa-apa, malah saya sekeluarga tambah sengsara !”. Lebih celaka lagi rasanya ada juga yang berpendapat sangat ekstrim, “wong sekarang saja banyak sekali yang punya kesempatan berkuasa tidak peduli pada rakyatnya –mereka punya motto kalau bisa dipersulit buat apa dipermudah, jadi buat apa saya berpartisipasi ?” atau yang super ekstrim berpandapat “yang haram saja susah didapat apalagi yang halal” ……….Audzubillah min dzalik jelas pendapat-pendapat ini sangat sesat dan perlu diluruskan, lalu siapa yang harus meluruskannya ? Saya berpendapat , inilah tugas kita semuanya ! terutama tugas dari para pimpinan bangsa, kemampuan leadership , wawasan kebangsaan, kedewasaan dan kearifan seorang pimpinan sangat diperlukan untuk memandu seluruh rakyat negeri tercinta ini tentunya dengan dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan.
Saat ini nyata terasa oleh saya pribadi berupa kenyataan dibutuhkannya suatu figure kepemimpinan baru yang mampu mengajak dan menggerakan seluruh bangsa dan rakyat Indonesia untuk berbuat dan malakukan perubahan, dibutuhkan contoh-contoh tindakan nyata dalam mewujudkan kesejahteraan bersama – rakyat tidak butuh janji “gombal” melainkan tindakan, penciptaan lapangan kerja dan berusaha – pendidikan dan kesehatan yang murah dan terjangkau dan tersedianya sandang – pangan dan papan berlimpah jadi dambaan seluruh rakyat, terbukanya akses dan kesempatan diberbagai lapangan kehidupan dan kegiatan perekonomian membuat rakyat dapat berpartisipasi aktif, terwujudnya keadilan, pembangunan karakter & moral bangsa, penegakan hukum dan persamaan hak menjadi tema yang besar pula untuk diperhatikan.
Saya lahir dan dibesarkan di Indonesia, saya punya kenangan yang indah dinegeri ini, saya sangat menyadari dan bersyukur bahwa Allah SWT telah menganugerahkan segala nik’mat dalam kehidupan kita, marilah kita berbuat hal-hal yang baik dan berguna bagi diri kita, keluarga, bangsa dan Negara Indonesia tercinta ini, sehatkanlah jiwa raga kita – berfikirlah selalu secara positif, cari dan upayakanlah berbagai tindakan nyata dimasyarakat, mulailah dari diri dan keluarga kita sendiri, ajak dan himbaulah rekan dan masyarakat luas untuk ikut berpartisipasi, tingkatkan kemampuan penguasaan IPTEK dan daya saing bangsa , wariskanlah generasi penerus yang mampu menghadapi segala tantangan hidup – ciptakanlah calon-calon pemimpin bangsa yang amanah dan berkualitas tinggi, tinggalkanlah kenangan baik dan karya nyata bagi pewaris-pewaris kita, tinggalkanlah perpecahan – bersatu padulah kita dalam menghadapi segala permasalahan yang menghadang terutama didalam era persaingan bebas ini – jadilah “Pandu Ibu Pertiwi” yang tetap menjaga dan mengawal tegak berdirinya NKRI sampai akhir hayat dikandung badan.
Cileduk , 1 Feb 2009
Salam sejahtera bagi kita semua
AA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda kami tunggu..........Tks