Selasa, 18 Mei 2010

Fw: MAKNA KEHILANGAN

MAKNA KEHILANGAN

Di suatu tempat disuatu hari seorang bapak tua hendak menumpang sebuah bus. Ketika bus berhenti dan pada saat ia menginjakkan kakinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan. Lalu pintu tertutup dan bus mulai bergerak, sehingga ia tidak bisa memungut sepatu yang terlepas tadi. Si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan melemparkannya keluar jendela.

Seorang pemuda yang duduk dalam bus melihat kejadian itu, dan bertanya kepada si bapak tua, "Aku memperhatikan apa yang Anda lakukan Pak. Mengapa Anda melemparkan sepatu Anda yang sebelah juga?" Si bapak tua menjawab, "Supaya siapapun yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya."

Si bapak tua dalam cerita di atas memahami filosofi dasar dalam hidup - jangan mempertahankan sesuatu hanya karena kamu ingin memilikinya atau karena kamu tidak ingin orang lain memilikinya.

Kita kehilangan banyak hal di sepanjang masa hidup. Kehilangan tersebut pada awalnya tampak seperti tidak adil dan merisaukan, tapi itu terjadi supaya ada perubahan positif yang terjadi dalam hidup kita.

Kalimat di atas tidak dapat diartikan kita hanya boleh kehilangan hal-hal jelek saja. Kadang, kita juga kehilangan hal baik.

Ini semua dapat diartikan :

Supaya kita bisa menjadi dewasa secara emosional dan spiritual, pertukaran antara kehilangan sesuatu dan mendapatkan sesuatu haruslah terjadi.

Seperti si bapak tua dalam cerita, kita harus belajar untuk melepaskan sesuatu. Tuhan sudah menentukan bahwa memang itulah saatnya si bapak tua kehilangan sepatunya. Mungkin saja peristiwa itu terjadi supaya si bapak tua nantinya bisa mendapatkan sepasang sepatu yang lebih baik.

Satu sepatu hilang. Dan sepatu yang tinggal sebelah tidak akan banyak bernilai bagi si bapak. Tapi dengan melemparkannya ke luar jendela, sepatu itu akan menjadi hadiah yang berharga bagi gelandangan yang membutuhkan.

Berkeras hati & berusaha mempertahankannya tidak membuat kita atau dunia menjadi lebih baik. Kita semua harus memutuskan kapan suatu hal, suatu keadaan atau seseorang masuk dalam hidup kita, atau kapan saatnya kita lebih baik bersama yang lain.

Pada saatnya, kita harus mengumpulkan keberanian untuk melepaskannya. Karena tiada badai yang tak berlalu. Tiada Pesta yang tak pernah usai. Semua yang ada didunia ini tiada yang abadi.












  


Selasa, 04 Mei 2010

Re: [kratiems:3694] RE: Gubahan dari Tuhan Sembilan Senti (Taufik Ismail) - "BB oh BB"

Ga lah pak, BB itu tidak bikin penyakit ke orang disekitarnya, cuma yg maen BB aja yg kayak orang AUTIS hehe...beda dengan rokok lah.... Dan buktinya bagian puisi yang terkait HIV-AIDS kan ga berlaku utk BB kan?
BB itu tidak mengandung bahan kimia beracun...masih lebih baik daripada khamr ...atau khindzir....!!
Hiiiii....yg bikin puisi BB itu ga punya ya ha ha ha...damai ya...peeeaaccee...!!!

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT


From: Achdiat Atmawinata <atmawinata@yahoo.com>
Date: Mon, 3 May 2010 20:48:31 -0700 (PDT)
To: ketawa ketiwi<atmawinata.ketawa-ketiwi@blogger.com>; perciq blogspot<atmawinata.perciq@blogger.com>
Subject: [kratiems:3694] RE: Gubahan dari Tuhan Sembilan Senti (Taufik Ismail) - "BB oh BB"

Kiriman milis tetangga.......................

"Sebenarnya kalau kita mau berhati jujur, puisi karya Taufik Ismail (Tuhan Sembilan Senti) ini tidak sebatas pada hal merokok.Banyak fenomena baru yg kita tidak sadari, telah menjadikan 'sesuatu' disekitar kita untuk menjadi Tuhan2 kita. Salah satu contoh fenomena baru adalah, ada Tuhan baru yang lebih modern ukurannya mungkin lebih dari 9 cm,….................Dimensinya  114 x 66 x 14 mm, berat 133g ......."

BB oh BB

Di sawah petani main blackberry,
di pabrik pekerja main blackberry,
di kantor pegawai main blackberry,
di kabinet
menteri main blackberry,
di reses atau lagi  RDP parlemen anggota DPR main blackberry,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga main blackberry,
hansip-bintara- perwira nongkrong main blackberry,
di perkebunan pemetik buah kopi main blackberry,
di perahu nelayan penjaring ikan main blackberry,
di pabrik petasan pemilik modalnya main blackberry,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang main blackberry.
 
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi main blackberry,
di ruang kepala sekolah…ada guru main blackberry,
di kampus mahasiswa main blackberry,
di ruang kuliah dosen main blackberry,
di rapat POMG orang tua murid main blackberry,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara main blackberry.
 
Di angkot Kijang penumpang main blackberry,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding main blackberry,
di loket penjualan karcis orang main blackberry,
di kereta api
penuh sesak orang festival main blackberry,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang main blackberry,
di andong Yogya kusirnya main blackberry,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula main blackberry.
 
Di pasar orang main blackberry,
di warung Tegal pengunjung main blackberry,
di restoran, di toko buku orang main blackberry,
di kafe di diskotik para pengunjung main blackberry.
 
Di puskesmas pedesaan orang kampung main blackberry,
di apotik yang antri obat main blackberry,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan main blackberry,
di ruang tunggu dokter pasien main blackberry,
dan ada juga dokter-dokter main blackberry.
 
Istirahat main tenis orang main blackberry,
di pinggir lapangan voli orang main blackberry,
menyandang raket badminton orang main blackberry,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi main blackberry,
 
Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek
orang goblok main blackberry,
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok main blackberry,
di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, atau orang-orang goblok-pun main blackberry.
 
 
Blackberry telah menjadi dewa, berhala, Tuhan baru, diam-diam menguasai kita.......pigimana nihhhhh....................

.




  


--
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "Kratiems" dari Grup Google.
Untuk mengeposkan pesan ke grup ini, kirim email ke kratiems@googlegroups.com.
Untuk berhenti berlangganan dari grup ini, kirim email ke kratiems+unsubscribe@googlegroups.com.
Untuk opsi selengkapnya, kunjungi grup ini di http://groups.google.com/group/kratiems?hl=id.

Re: (Tuhan Sembilan Senti)- Fakta mengejutkan ttg rokok

Fakta mengejutkan tentang rokok




December 2009

Sejauh ini, tembakau berada pada peringkat utama penyebab kematian yang dapat dicegah di dunia. Tembakau menyebabkan satu dari 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia, dan mengakibatkan 5,4 juta kematian tahun 2006. Ini berarti rata-rata satu kematian setiap 6,5 detik. Kematian pada tahun 2020 akan mendekati dua kali jumlah kematian saat ini jika kebiasaan konsumsi rokok saat ini terus berlanjut.
Diperkirakan, 900 juta (84 persen) perokok sedunia hidup di negara-negara berkembang atau transisi ekonomi termasuk di Indonesia. The Tobacco Atlas mencatat, ada lebih dari 10 juta batang rokok diisap setiap menit, tiap hari, di seluruh dunia oleh satu miliar laki-laki, dan 250 juta perempuan. Sebanyak 50 persen total konsumsi rokok dunia dimiliki China, Amerika Serikat, Rusia, Jepang dan Indonesia. Bila kondisi ini berlanjut, jumlah total rokok yang dihisap tiap tahun adalah 9.000 triliun rokok pada tahun 2025.

Di Asia, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak jumlah perokok yang mencapai 146.860.000 jiwa. Namun, sampai saat ini Indonesia belum mempunyai Peraturan Perundangan untuk melarang anak merokok. Akibat tidak adanya aturan yang tegas, dalam penelitian di empat kota yaitu Bandung, Padang, Yogyakarta dan Malang pada tahun 2004, prevalensi perokok usia 5-9 tahun meningkat drastis dari 0,6 persen (tahun 1995) jadi 2,8 persen (2004).

Peningkatan prevalensi merokok tertinggi berada pada interval usia 15-19 tahun dari 13,7 persen jadi 24,2 persen atau naik 77 persen dari tahun 1995. Menurut Survei Global Tembakau di Kalangan Remaja pada 1.490 murid SMP di Jakarta tahun 1999, terdapat 46,7 persen siswa yang pernah merokok dan 19 persen di antaranya mencoba sebelum usia 10 tahun. "Remaja umumnya mulai merokok di usia remaja awal atau SMP," kata psikolog dari Fakultas Psikologi UI Dharmayati Utoyo Lubis.

Sebanyak 84,8 juta jiwa perokok di Indonesia berpenghasilan kurang dari Rp 20 ribu per hari–upah minimum regional untuk Jakarta sekitar Rp 38 ribu per hari.

Perokok di Indonesia 70 persen diantaranya berasal dari kalangan keluarga miskin.

12,9 persen budget keluarga miskin untuk rokok dan untuk orang kaya hanya sembilan persen.

Mengutip dana Survei Ekonomi dan Kesehatan Nasional (Susenas), konsumsi rumah tangga miskin untuk tembakau di Indonesia menduduki ranking kedua (12,43 persen) setelah konsumsi beras (19.30 persen). "Ini aneh tatkala masyarakat kian prihatin karena harga bahan pokok naik, justru konsumen rokok kian banyak,"

Orang miskin di Indonesia mengalokasikan uangnya untuk rokok pada urutan kedua setelah membeli beras. Mengeluarkan uangnya untuk rokok enam kali lebih penting dari pendidikan dan kesehatan.

Pemilik perusahaan rokok PT Djarum, R. Budi Hartono, termasuk dalam 10 orang terkaya se-Asia Tenggara versi Majalah Forbes. Ia menempati posisi kesepuluh dengan total harta US$ 2,3 miliar, dalam daftar yang dikeluarkan Kamis (8/9/2005).

Sekitar 50% penderita kanker paru tidak mengetahui bahwa asap rokok merupakan penyebab penyakitnya.

Dari 12% anak-anak SD yang sudah diteliti pernah merasakan merokok dengan coba-coba. Kurang lebih setengahnya meneruskan kebiasaan merokok ini.

Besaran cukai rokok di Indonesia dinilai masih terlalu rendah. Saat ini, besarnya cukai rokok 37 persen dari harga rokok. Bandingkan dengan India (72 persen), Thailand (63 persen), Jepang (61 persen).

Sebanyak 1.172 orang di Indonesia meninggal setiap hari karena tembakau.

100 persen pecandu narkoba merupakan perokok.

Perda DKI Jakarta No 2 Tahun 2005, Pasal 13 ayat 1: Tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja dan tempat yang secara spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan dilarang merokok. — Pelanggarnya diancam dengan sanksi pidana berupa denda maksimum Rp 50 juta, atau 6 bulan kurungan. Kenyataannya, Perda ini seperti dianggap tidak ada oleh perokok, dan pemerintah pun tidak tegas dalam menjalankannya.

Di antara fakta di atas, fakta mana yang paling mengejutkan untuk Anda?
Terlampir utk  diklik  berbagai kartun ttg  ROKOK/MEROKOK

kartun1      kartun2    kartun3   kartun4














  





--- On Tue, 5/4/10, Bambang Priyatmoko <priyatmoko.b@gmail.com> wrote:

From: Bambang Priyatmoko <priyatmoko.b@gmail.com>
Subject: Re: Tuhan Sembilan Senti
To: alumniitb73@googlegroups.com
Date: Tuesday, May 4, 2010, 7:28 AM

Kang Achdiat,

nuhun pisan...

Salam,
BP

2010/5/4 Achdiat Atmawinata <atmawinata@yahoo.com>
Tanggal: Sabtu, 1 Mei, 2010, 2:22 AM

Tuhan Sembilan Senti (Taufik Ismail)
Tuhan Sembilan Senti

 
Oleh: Taufiq Ismail
 
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok.
 
Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara- perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok.
 
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.
 
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala
sekolah…ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok.
 
Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok.
 
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok.
 
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.
 
Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran, di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik
para pengunjung merokok.
 
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok.
 
Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stop-an bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS.
 
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena.
 
Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga
dokter-dokter merokok.
 
Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemisngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok.
 
Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok.
 
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.
 
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.
 
Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah
fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.
 
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, kemana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya.
 
Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?
 
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.
 
Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik,
ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?
 
Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.
 
Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan.
 
Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk.
 
Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas.
 
Lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba.
 
Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya.
 
Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan
ini.
 
Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.





  


--
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "ITB73" group.
To post to this group, send email to AlumniITB73@googlegroups.com.
To unsubscribe from this group, send email to AlumniITB73+unsubscribe@googlegroups.com.
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/AlumniITB73?hl=en.

--
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "ITB73" group.
To post to this group, send email to AlumniITB73@googlegroups.com.
To unsubscribe from this group, send email to AlumniITB73+unsubscribe@googlegroups.com.
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/AlumniITB73?hl=en.

Bls: [kratiems:3693] RE: Tuhan Sembilan Senti

Ha..ha..ha.... selama iklannya masih terus berkibar, ya selama itu pula ahli2 hisap tetap berpesta pora sambil chating kali........ma'af jangan tersinggung....BSI


Dari: Achdiat Atmawinata <atmawinata@yahoo.com>
Kepada: ketawa ketiwi <atmawinata.ketawa-ketiwi@blogger.com>; perciq blogspot <atmawinata.perciq@blogger.com>
Terkirim: Sel, 4 Mei, 2010 10:34:03
Judul: [kratiems:3693] RE: Tuhan Sembilan Senti

Tanggal: Sabtu, 1 Mei, 2010, 2:22 AM

Tuhan Sembilan Senti (Taufik Ismail)
Tuhan Sembilan Senti

 
Oleh: Taufiq Ismail
 
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok.
 
Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara- perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok.
 
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.
 
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala
sekolah…ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok.
 
Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok.
 
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok.
 
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.
 
Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran, di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik
para pengunjung merokok.
 
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok.
 
Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stop-an bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS.
 
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena.
 
Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga
dokter-dokter merokok.
 
Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemisngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok.
 
Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok.
 
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.
 
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.
 
Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah
fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.
 
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, kemana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya.
 
Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?
 
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.
 
Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik,
ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?
 
Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.
 
Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan.
 
Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk.
 
Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas.
 
Lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba.
 
Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya.
 
Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan
ini.
 
Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.





  


--
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "Kratiems" dari Grup Google.
Untuk mengeposkan pesan ke grup ini, kirim email ke kratiems@googlegroups.com.
Untuk berhenti berlangganan dari grup ini, kirim email ke kratiems+unsubscribe@googlegroups.com.
Untuk opsi selengkapnya, kunjungi grup ini di http://groups.google.com/group/kratiems?hl=id.

RE: Gubahan dari Tuhan Sembilan Senti (Taufik Ismail) - "BB oh BB"

Kiriman milis tetangga.......................

"Sebenarnya kalau kita mau berhati jujur, puisi karya Taufik Ismail (Tuhan Sembilan Senti) ini tidak sebatas pada hal merokok.Banyak fenomena baru yg kita tidak sadari, telah menjadikan 'sesuatu' disekitar kita untuk menjadi Tuhan2 kita. Salah satu contoh fenomena baru adalah, ada Tuhan baru yang lebih modern ukurannya mungkin lebih dari 9 cm,….................Dimensinya  114 x 66 x 14 mm, berat 133g ......."

BB oh BB

Di sawah petani main blackberry,
di pabrik pekerja main blackberry,
di kantor pegawai main blackberry,
di kabinet
menteri main blackberry,
di reses atau lagi  RDP parlemen anggota DPR main blackberry,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga main blackberry,
hansip-bintara- perwira nongkrong main blackberry,
di perkebunan pemetik buah kopi main blackberry,
di perahu nelayan penjaring ikan main blackberry,
di pabrik petasan pemilik modalnya main blackberry,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang main blackberry.
 
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi main blackberry,
di ruang kepala sekolah…ada guru main blackberry,
di kampus mahasiswa main blackberry,
di ruang kuliah dosen main blackberry,
di rapat POMG orang tua murid main blackberry,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara main blackberry.
 
Di angkot Kijang penumpang main blackberry,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding main blackberry,
di loket penjualan karcis orang main blackberry,
di kereta api
penuh sesak orang festival main blackberry,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang main blackberry,
di andong Yogya kusirnya main blackberry,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula main blackberry.
 
Di pasar orang main blackberry,
di warung Tegal pengunjung main blackberry,
di restoran, di toko buku orang main blackberry,
di kafe di diskotik para pengunjung main blackberry.
 
Di puskesmas pedesaan orang kampung main blackberry,
di apotik yang antri obat main blackberry,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan main blackberry,
di ruang tunggu dokter pasien main blackberry,
dan ada juga dokter-dokter main blackberry.
 
Istirahat main tenis orang main blackberry,
di pinggir lapangan voli orang main blackberry,
menyandang raket badminton orang main blackberry,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi main blackberry,
 
Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek
orang goblok main blackberry,
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok main blackberry,
di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, atau orang-orang goblok-pun main blackberry.
 
 
Blackberry telah menjadi dewa, berhala, Tuhan baru, diam-diam menguasai kita.......pigimana nihhhhh....................

.




  


RE: Tuhan Sembilan Senti

Tanggal: Sabtu, 1 Mei, 2010, 2:22 AM

Tuhan Sembilan Senti (Taufik Ismail)
Tuhan Sembilan Senti

 
Oleh: Taufiq Ismail
 
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok.
 
Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara- perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok.
 
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.
 
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala
sekolah…ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok.
 
Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok.
 
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok.
 
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.
 
Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran, di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik
para pengunjung merokok.
 
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok.
 
Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stop-an bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS.
 
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena.
 
Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga
dokter-dokter merokok.
 
Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemisngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok.
 
Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok.
 
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.
 
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.
 
Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah
fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.
 
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, kemana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya.
 
Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?
 
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.
 
Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik,
ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?
 
Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.
 
Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan.
 
Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk.
 
Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas.
 
Lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba.
 
Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya.
 
Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan
ini.
 
Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.





  


 
Add to Technorati Favorites

Web Site Counter
Canon printers

Add to Technorati Favorites Add to Technorati Favorites