Kamis, 31 Desember 2009

Re: Special Note for 2010:

Dear all,

Special Note for  2010:

HEALTH :
01. Drink plenty of water..
02. Eat breakfast like a king,  lunch like a prince and dinner like a beggar.
03. Live with the 3 E's-Energy,Enthusiasm and Empathy.
04. Make time to pray.
05. Play more games.
06. Read more books than you did in 2009.
07. Sit in silence for at least 10 minutes each day.
08. Sleep for 7 hours.
09. Take a 10-30 minutes walk daily. And while you walk, smile.   

PERSONALITY:
10. Don't over do. Keep your limits.
11. Don't take yourself so seriously. No one else does.
12. Don't waste your precious energy on gossip.
13. Dream more while you are awake.
14. Envy is a waste of time. You already have all you need.
15. Forget issues of the past. Don't remind your partner with his/her mistakes of the past. That will ruin your present happiness.
16. Life is too short to waste time hating anyone.  Don't hate others.
17. Make peace with your past so it won't spoil the present.
18. No one is in charge of your happiness except you.
19. Smile and laugh more.
20. You don't have to win every argument,Agree to disagree

SOCIETY:
21. Call your family often.
22. Each day give something good to others.
23. Forgive everyone for everything..
24. Spend time w/people over the age of 70 & under the age of 6...
25. Try to make at least three people smile each day.
26. What other people think of you is none of your business.

LIFE:
27. Do the right thing!
28. GOD heals everything.
29. However good or bad a situation is, it will change..
30. No matter how you feel, get up, dress up and show up.
31. The best is yet to come..
32. When awake in the morning, thank GOD for it.
33. Your Inner most is always  happy. So, be happy...:D :D




 


Minggu, 20 Desember 2009

FW: "Brownies"


Brownies
Our children are growing up fast.

We have a responsibility & obligation to guide them.

May Allah guide us all.

Two teenagers asked their father if they could go to the theater to watch a movie that all their friends had seen. After reading some reviews about the movie on the Internet, he denied their request.

"Ah dad, why not?" they complained. "It's rated PG-13, and we're both older than thirteen!"

Dad replied: "Because that movie contains nudity and portrays immorality as being normal and acceptable behavior."

"But dad, those are just very small parts of the movie! That's what our friends who've seen it have told us. The movie is two hours long and those scenes are just a few minutes of the total film! It's based on a true story and good triumphs over evil, and there are other redeeming themes like courage and self-sacrifice.
Even the movie review websites say that!" 

"My answer is 'no,' and that is my final answer. You will not go and watch that film. End of discussion."

The two teenagers walked dejectedly into the family room and slumped down on the couch. As they sulked, they were surprised to hear the sounds of their
father preparing something in the kitchen.

They soon recognized the wonderful aroma of brownies baking in the oven, and one of the teenagers said to the other, "Dad must be feeling guilty, and now he's going to try to make it up to us with some fresh brownies. Maybe we can soften him with lots of praise when he brings them out to us and persuade him to let us go to that movie after all."

The teens were not disappointed. Soon their father appeared with a plate of warm brownies, which he offered to his kids. They each took one.

Then their father said, "before you eat, I want to tell you something: I love you both so much." The teenagers smiled at each other with knowing glances. Dad was softening. 

"That is why I've made these brownies with the very best ingredients. I've made them from scratch. Most of the ingredients are even organic; the best
organic flour, the best free-range eggs, the best organic sugar, premium vanilla and chocolate."

The brownies looked mouth-watering, and the teens began to become a little impatient with their dad's long speech.

"But I want to be perfectly honest with you. There is one ingredient I added that is not usually found in brownies. I got that ingredient from our own back yard. But you needn't worry, because I only added the tiniest bit of that ingredient to your brownies. The amount of the portion is practically insignificant. So go ahead, take a bite and let me know what you think?

"Dad, would you mind telling us what that mystery ingredient is before we eat?"

"Why? The portion I added was so small, just a teaspoonful. You won't even taste it."

"Come on, dad; just tell us what that ingredient is?"

"Don't worry! It is organic, just like the other ingredients. "

"Dad!"

"Well, OK, if you insist. That secret ingredient is organic ... dog poop."

Both teens instantly dropped their brownies back on the plate and began inspecting their fingers with horror.

"Dad! Why did you do that? You've tortured us by making us smell those brownies cooking for the last half hour, and now you tell us that you added dog poop! We can't eat these brownies!"

"Why not? The amount of dog poop is very small compared to the rest of the ingredients. It won't hurt you.. It's been cooked right along with the other ingredients. . You won't even taste it. It has the same consistency as the brownies. Go ahead and eat!"

"No, Dad ... Never!"

"And that is the same reason I won't allow you to go watch that movie. You won't tolerate a little dog poop in your brownies, so why should you tolerate a little immorality in your movies? We pray that Allah(SWT) will not lead us unto temptation, so how can we in good conscience entertain ourselves with something that will imprint a sinful image in our minds that will lead us into temptation long after we first see it?"

Remember, we become de-sensitized a little bit at a time; it is the small and minimal sins that we forget the most.







 


Fw: Hanya 12 tahun

Baik untuk dibaca...



 

Suatu hari teman saya berulang tahun.

"Yuk, daripada kita ke club gak jelas, minum-minuman gak jelas, kita ke panti jompo saja. Bawa makan siang ke sana , kita makan sama mereka ?"

Singkat cerita mereka ke suatu panti jompo dekat kota .

Di sana , orang-orang tua terlihat sangat senang saat tau teman-teman saya mau menjenguk mereka.

Mereka terlihat gembira, mereka cerita tak habis-habisnya.
Mereka cerita tentang masa lalu mereka, latar belakang mereka, sejarah mereka bisa "nyangkut" di panti jompo.

Ada cerita dimana istri anaknya gak suka mertua mereka hidup bersama mereka, jadi si anak terpaksa menitipkan orang tuanya di panti jompo.

Seorang kakek juga tinggal di sana setelah istrinya meninggal, dan dia tidak punya anak, keponakan-keponakan nya juga tidak ada yang mau menampung dia.

Ada cerita, tentang si kakek tua yang sudah susah payah menguliahkan anaknya di luar negeri tapi dia tak kembali ke rumah orang tuanya, dia tak pernah mengunjungi ayahnya, bahkan mengirim uang sekalipun tak pernah.                                                          

Teman-teman saya sangat terharu mendengar kisah mereka.

Pun dia sangat tercengang saat si kakek tua menasehatkan dia: "kalau sudah beristri dan punya anak nanti, jangan memberi semua uang yang kita miliki ke anak-anak kita. Kita juga harus simpan untuk diri sendiri, buat masa tua, kalau anak-anak ternyata gak pinter sama kita." katanya.

                                       
Sepanjang perjalanan pulang naik mobil, tak satupun yang berbicara..

"Hei aku hari ini ulang tahun.. Koq malah pada bikin sedih gini?"

"Ya, terharu banget. Aku jadi merasa bersalah deh. Bagaimanapun aku sering anggap orang tuaku gak penting."

"Iya nih, kamu pake ngajak kita-kita ke panti jompo. Bikin kita feel guilty gini?"                                              

Mungkin dari kisah si kakek tua tadi, kita geram dengan si anak nggak tau diuntung itu.

Anak durhaka.

Nggak pinter sama orangtua.
                                                                           
Tapi taukah kita, kenapa banyak anak-anak seperti itu? Apa benar mereka nggak peduli dengan orang tua mereka?

Apa jangan-jangan kita sebagai orang tua gak peduli sama anak-anak kita?

Ada orang tua yang seharian sibuk kerja, anak bangun kita sudah gak ada di rumah, mereka menangis sampai lelah dan tertidur lagi.

Ada juga yang gak peduli dengan sekolah mereka.

Mereka gak pernah menanyakan, "Gimana sekolahnya hari ini? Diajarin apa aja?"

Mereka taunya hanya bayar uang sekolah dan tanda tangan hasil ulangan.                  
Ambil raport?

Ah, biarin supir atau nenek aja, yang penting kan ada perwakilan.

 

Tahukah kita?

Waktu anak kita gak panjang.

Kita hanya memiliki 12 tahun bersama mereka.

Sisanya, mereka milik teman-teman mereka, pacar mereka, pekerjaan mereka, istri/suami mereka, dan anak-anak mereka sendiri.

 

Mungkin saat ini kita bosan dengan tangisan mereka di malam hari.

Kita bosan memonitor mereka yang baru belajar jalan. Jalan kesini, jalan kesitu, ambil barang ini, diletakkan disitu, buang barang seenaknya ke tong sampah, corat coret dokumen penting.

Sobek-sobek majalah di sofa.

Lari ke tetangga, naik-naik tangga.

Menelan benda gak jelas.

                                     
Kita mungkin bingung karena punya si kecil.

Ada jadwal pengajian, bingung mau ninggalin anak sama siapa.

Diajak teman ikut KKR dan seminar?

"Wah.. Ntar si kecil siapa yang ngurus?"

Jangankan seminar di luar kota , di dalam kota saja sudah kebingungan.

Tiap hari minta dibacain dongeng yang itu-itu aja. Belum kalau ke swalayan, minta permen lah, bola lah, minta naik panda-pandaan di timezone.

                                           
Ikut-ikutan ambil barang, sampai dirumah, "Lah? Tadi perasaan gak ambil barang ini di supermarket? Oalah?
si kecil. Dasar!"

 

Bosen,nungguin mereka mengerjakan PR, Kalau gak ditungguin, pasti ngelamun, gambar-gambar mobil, robot, nyuri-nyuri pandang nonton TV.      

Bosen menyocokan catatan mereka dengan catatan teman-teman yang lain.    
Bosen Tanya-jawab dengan mereka sebelum ulangan.

Bosen nyuruh mereka ngeluarin botol minum dari tas biar dicuci sama si bibi.

Kalau bukan Anda yang mengeluarkan malamnya, pasti besok pagi buru-buru.

Jemputan sudah datang, anak Anda belum siap.    

Kapan mereka mau nurut?

Disuruh makan, nanti.

Disuruh mandi, nanti.

Disuruh matikan TV dan tidur, "sebentar lagi ma!"

Disuruh ngejadwal malam hari, "besok pagi aja ma!"
Dikasih tau jangan makan chikinanti batuk, eh tetep saja jajan chiki di sekolah.

Kalau sudah batuk, mau gak mau Anda bawa ke dokter dan beli obat.

Minimal 100.000 habis.

Padahal chiki cuman 2000.

Belum kalau sampai radang, Anda sendiri harus jaga dia di rumah.                                                                        

Mungkin kita semua sedang menjalani hal-hal ini.

Kita bosan.

Pengen rasanya anak cepat besar, bisa bantuin jaga toko, bisa ditinggal sendiri di rumah.

Bisa antarkan makanan ke rumah tetangga, bisa naik kendaraan sendiri, gak perlu diantar-jemput lagi.          

Tapi sadarkah kita?                                                      
Kita kelak akan merindukan saat-saat mereka masih kecil. Saat orang-orang di pesta undangan mengatakan, "ih..lucu banget anaknya..."

Saat Anda lelah dan menyuruh mereka menginjak-injak punggung Anda..

Saat mereka tampil di drama sekolah dan dengan bangga Anda berkata, "Eh yang jadi Abudullah itu anak saya".                                

Saat mereka mengenakan busana daerah di Hari Kartini.

Saat mereka nangis di tengah malam karena si kecil haus dan meminta di buatin susu oleh Ibu / Ayahnya.

Saat mertua Anda teralu memanjakan si kecil, sampai Anda jengkel sendiri dengan cara mereka mendidik anak Anda.

Anda akan merindukan itu semua.                        

Hanya 12 tahun!

Sisanya mereka milik orang lain.

12 tahun bahkan nggak lebih dari 1/5 hidup mereka.

Nikmati semua ini.

Beri perhatian yang luas terhadap mereka.              
                                                                       
Tentunya kita juga harus memberi teladan kepada mereka.

Mereka akan merekam semua perbuatan kita.

Cara kita berbicara dengan orang tua kita yang sudah mulai pikun, cara kita mengurus orang tua kita di rumah.

Cara kita mengajak orang tua kita check up di lab.

Mereka juga merekam cara kita meneriakan ucapan kita ke orang tua kita yang mulai kurang pendengarannya, cara kita bersungut-sungut di belakang orang tua kita yang jadi cerewet luar biasa setelah sembuh dari stroke.  
Cara kita berkata: "Iya Maaaaaaaaaaaa? " (dengan nada yang, ah tentu saja Anda sendiri tau bagaimana biasanya kita mengucapkan kalimat ini saat berusaha menahan kekesalan kita!)                                                      

Kita gak tahu kelak, apakah anak-anak kita akan pinter dengan kita atau nggak.

Memang, tentu kita selalu mendoakan dia supaya jadi orang, bukan jadi anak durhaka.

Yang bisa kita lakukan sekarang adalah dengan tidak menjadi orang tua yang durhaka.

Dan tentu saja dengan memberi teladan kepada mereka,bagaimana caranya memperlakukan orang tua.

Dengan mempraktekkannya kepada orang tua kita sendiri!

Yang pasti, hukum tabur - tuai juga berlaku di area ini!








 


Selasa, 15 Desember 2009

FW: MGJ - Jeddah Flood - berita yang tercecer

Pada hari Tarwiah (Jemaah Haji berada di Muna Sebelum Wukuf di Arafah))

Rabu 08 Dhul Hijjah 1430 H (2009)


ولâ انجاهظة

جدة èنêد انظهêر تصèêر واصر هحسو

ولذت انهدêرêة انظاهة نندلاظ انهدوê ههثنا لê âاظدة ان×êراو بجدة جèنة هêداوêة ننإظناهêêو ب×ائرة (انçêنèمبتر) ظنé انأهامو انهتضررة هو جراء انأه×ار èانسêèن انتê ç×نت ظنé هدêوة جدة âبن êèهêو.

èتجاèزت انجèنة انساظة تâرêباë بدأت بولâ انجاهظة انهعهèر تهاها بانهêاç ¬ ثه ولâ ×رêâ انهنم ظبداننç èانذê êظاوê هو تدلâ هêاç انصرل انصحê إضالة إنé انسêèن ثه اتجç âائد ان×ائرة انوâêب هبارم انحربê èهظç انوâêب حسو انâح×اوê صèب ×رêâ انحرهêو èانذê شçد أسèأ سêن هر ظنé تارêخ جدة انحدêث¬ ان×رêâ èإو ماو âد اوتشن هوç انظدد انأمبر هو انسêارات خنان انêèهêو انهاضêêو إنا أوç بدا بصèرة هأساèêة. انوâêب هبارم أخذ ثناث دèرات حèن هèâظ انحدث ظنé ×رêâ انحرهêو حتé êتهمو انهصèرèو هو انتâا× امبر ظدد هو انصèر èبزèاêا هختنلة.


èس× حê âèêزة

آثار اندهار نه تمو هحصèرة ظنé ×رêâ انحرهêو لâ׬ بن إو حê âèêزة نا êختنل ظو انèضظ انهأساèê انساب⬠لهوطر انسêارات èçê هترامهة لèâ بظضçا انبظض هتمرر لê هظطه شèارظ انحê.

×نبوا هو انهناح انجèê أحهد انراجح أو وذçب إنé ها ê×نâ ظنêç أçن جدة ب(بحêرة انهسم) èçè انهماو انذê تجهظ لêç هêاç انصرل انصحê¬ èçذç انبحêرة çê أمثر ها êخشاç سماو جدة çذç انأêاه خèلا هو أو تهتنئ èهو ثه êولجر انسد اناحترازê¬ èإذا هاحدث çذا لحتها ستتمرر انهأساة èنمو çذç انهرة لê شرâ èشهان جدة¬ بن إو ألخه شèارظ انظرèس èçè شارظ اناهêر هحهد بو ظبدانظزêز سêستحêن إنé èادي هظبأ بهêاç انصرل انصحê.


×رêâ انحرهêو èêبدè حجه اندهار èاضحاë

Terlihat betapa kerusakan yang terjadi di Jalan Al Haramain (Mekkah-Medinah)


بحêرة انهسم èêبدè انسد اناحترازê


صèرة أخرé ن×رêâ انحرهêو

Berapa mobil berserak dan korban bergelimpang dan hanyut dimana-mana


صèرة أخرé نحê âèêزة

Daerah Jiddah Timur (Guwaizah) terbanyak menelan korban


ولâ ×رêâ انهنم ظبد اننç

Jangan pernah bertanya 'Kenapa ini bisa terjadi"?

Siapakah orang dan penanggung jawab yang mesti diadili?

sebelum itu semua Marilah kita bertanya dan mengoreksi diri sendiri

Inilah tulisan diatas sana yang diturunkan sebagai takdir

Sambil bersabar di hati

Kemudian pikirkanlah bagaiman cara utuk menanggulanginya,

agar tidak terjadi lagi, atau mengurangi jumlah korban dan jiwa

Inna lillahi wa inna ilahi raji'un

Ya Allah Engkau Maha Kuasa






















Ya Allah ampunilah kami

Dari dosa-dosa yang dilakukan dari beberapa orang diantara kami

Engkau Maha Pengampun Lagi Maha Perkasa

Janganlah Engkau memusnahkan kami disaat Engkau sedang murka

karena perbuatan kami yang sangat kotor dan serba kurang ini

Ampunilah dan rahmatilah kami sebelum itu

Sesungguhnya Engkau Maha Pemurah dan Pengampun,

ya Rabb

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pengirim O. Makki

Jeddah 09/12/09

 


 
Add to Technorati Favorites

Web Site Counter
Canon printers

Add to Technorati Favorites Add to Technorati Favorites